Liburan Cirebon : Sudah sering kita mendengar informasi mengenai adanya hubungan yang sangat dekat antara Cirebon dan Banten. Jika para pembaca blog ini ingin mengetahui lebih jauh tentang asal muasal hubungan tersebut, saya mencoba menuliskan dari berbagai sumber. Buat yang sudah dan aka Piknik ke Cirebon, mungkin informasi yang akan disampaikan dalam blog ini lumayan bermanfaat. Sehingga, ketika liburan ke Cirebon, pembaca minimal sudah mengetahui sedikit sejarah yang ada di Cirebon.
Selain
berperan dalam penyebaran Islam di Cirebon, Sunan Gunung Jati juga memiliki
peran dalam perkembangan Islam di Banten. Dari naskah Carita Purwaka,
disebutkan bahwa asal kata Banten adalah ketiban inten (Kejatuhan Intan),
karena masyarakat Banten saat itu, sangat bersyukur seperti kejatuhan Intan
atas kedatangan Sunan Gunung Jati yang melakukan syiar agama Islam. Saat itu,
wilayah tatar sunda masih dikuasai oleh Prabu Saka Domas yang memimpin Kerajaan
Sanggabuana.
Prabu
memiliki seorang putri bernama Nyi Mas Kawung Nganten yang belum memiliki
pendamping hidup. Dirinya siap menikah asalkan calonnya adalah seorang raja
yang sanggup membuat danau seluas tujuh hektar dalam waktu tidak sampai satu
malam. Prabu Saka Domas dikagetkan oleh informasi yang diberikan oleh
ajudannya, mengenai adanya danau yang menjelma dalam waktu kurang dari satu
hari.
Dari
hasil penelusurannya, danau tersebut ada kaitannya dengan kedatangan Sunan
Gunung Jati di Banten. Walaupun Nyi Mas Kawung Nganten sudah siap diperistri
oleh Sunan Gunung Jati, namun Prabu Saka Domas menolaknya, bakan memerintahkan
untuk menangkap Sunan Gunung Jati karena menyebarkan Islam di Banten. Sunan
Gunung Jati pulang dan melaporkan perkembangan dakwahnya kepada Syekh Datuk
Kahfi, sekaligus melaporkan juga tentang Prabu Saka Domas yang sedang melakukan
pengejaran terhadap dirinya. Sunan Gunung Jati juga meminta Syekh Datu Kahfi
untuk bertandang ke Kerajaan Sanggabuana untuk mengislamkan Prabu Saka Domas.
Atas
permintaan Sunan Gunung Jati, Syekh Datuk Kahfi akhirnya menuju ke Kerajaan
Sanggabuana dan mengislamkan Prabu
Saka Domas. Pada kunjungan kedua kalinya ke Kerajaan Sanggabuana itu, Sunan
Gunung Jati akhirnya bertemu dengan Nyi Mas Kawung Nganten dan mendapatkan
restu dari Prabu Saka Domas untuk menikahinya. Dari pernikahan Sunan Gunung
Jati dengan Nyi Mas Kawung Wati lahirlah Syekh Maulana Hasanudiin yang nantinya
akan menjadi pemimpin Keraton yang dibuat oleh Sunan Gunung Jati. Pemerintahan
Kerajaan Sanggabuana dipindahkan ke Keraton yang baru. Syekh Hasanudiin
akhirnya menerima gelar Sultan di negeri Banten dengan gelar Sultan Panembahan
Surosowan, setelah Prabu Saka Domas meninggal
0 comments:
Post a Comment